SUARABACA.COM, Seruyan–Sejumlah komunitas masyarakat adat (MA) beberapa desa di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) menyambut baik dan antusias program pemetaan wilayah adat yang diselenggarakan oleh Pengurus Harian Wilayah (PHW) Aliansi Masyarakat Adat (AMAN) Kalimantan Tengah, Jumat (27/24).
Acara tersebut diselenggarakan di Rumah Betang Lampang Tarung, Desa Bangkal, Kecamatan Seruyan Raya, Kabupaten Seruyan dimulai pada Jumat 27 September hingga 28 September 2024 dan diikuti oleh komunitas Desa Bangkal, Desa Sebabi, Desa Penyang, Desa Pondok Damar, Desa Tanah Putih, dan Desa Palangan serta Pemerintah Desa (Pemdes) Bangkal dan tokoh masyarakat setempat.
Ferdianus Kurnianto selaku Ketua PHW AMAN Kalimantan Tengah dalam sambutannya mengatakan, bahwasanya kegiatan Pra-kondisi dan Sosialisasi Pemetaan Wilayah Adat yang dilaksanakan selama dua hari tersebut merupakan upaya bersama AMAN Kalimantan Tengah dan diikuti komunitas masyarakat adat di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur dalam penataan kembali wilayah adat.
“Pemetaan wilayah adat ini, tentunya, merupakan upaya kita bersama masyarakat adat di Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Kotawaringin Timur dalam menata kembali wilayah adat mereka. Namun demikian, yang tidak kalah pentingnya adalah menghubungkan kembali relasi sejarah, tradisi, dan kebudayaan antar desa yang telah tergerus oleh hadirnya investasi besar berbasis perkebunan sawit beberapa dekade ini di Kalimantan Tengah,” kata Ferdi, Jumat (27/24).
Pada kesempatan itu, Ketua Pengurus Harian Daerah (PHD) AMAN Seruyan, James Watt menambahkan, dirinya mengapresiasi program pemetaan wilayah adat tersebut serta antusias masyarakat adat setempat dalam mengikuti program tersebut. Hal itu, menurutnya, akan membuat kesatuan masyarakat adat di Desa Bangkal, khususnya, kembali menguat setelah serangkaian konflik antara masyarakat adat dengan perusahaan terjadi secara berkelanjutan.
“Kami menyambut baik dan mengapresiasi program ini. Saya berharap, kedepannya kesatuan masyarakat adat di Desa Bangkal kembali menguat setelah selama ini berkonflik dengan perusahaan perkebunan sawit di wilayah sekitar. Dan, semoga besok, lebih banyak lagi masyarakat adat yang terlibat,” tambahnya.
Di akhir kegiatan Pra-kondisi dan Sosialisasi Pemetaan Wilayah Adat tersebut, PHW AMAN Kalimantan Tengah meminta kepada seluruh peserta untuk menuliskan nama-nama sungai dan wilayah yang tertera pada peta tahun 1989 serta peta sungai tahun 2012 dengan tujuan mencoba memperkuat kembali ingatan masyarakat adat terhadap nama-nama sungai dan wilayah sebelum perkebunan sawit masuk.[ed]